Rumah Saya Kecolongan


Rumah saya kecolongan. Tidak seberapa yang dicuri. Hanya lukisan murah yang dipajang di ruang tamu. Tetapi untuk itu mereka harus menyiksa security yang menjaga rumah saya.
Saya heran, para pencuri sudah berani masuk rumah saya. Apakah mereka tidak tau kalau saya adalah Jawara di kota ini? Apakah mereka pikir saya sudah lemah karena telah bertaubat meninggalkan dunia hitam dan menjadi warga yang taat hukum?

Wajah mereka semua sudah terekam oleh CCTV yang dipasang di rumah saya. Mereka tidak kurang dari 10 orang. Data mereka saya miliki, wajahnya saya kenal, dan saya tau benar dimana tempat tinggal mereka. Jadi tidak sulit bagi saya mengumpulkan anak buah saya untuk mengejar mereka, dan menghabisinya walaupun mereka berasal dari kelompok yang terorganisir.

Lalu apakah itu sikap Kesatria, yang bisa tersulut hanya karena ulah para oknum? Tidak, saya menghindari perang kelompok yang tidak diperlukan. Saya hanya menuntut agar oknum yang terlibat memasuki rumah saya, mencuri lukisan murah saya, dan menyiksa security saya, dapat diproses secara hukum dan dijatuhi hukuman sesuai peraturan yang berlaku.

Dan perlu saya tegaskan kepada siapapun melalui media yang bersedia meliput keterangan dari saya. Bahwa saya taat hukum yang selalu berdamai kepada siapapun, tetapi jika hal ini terulang kembali maka saya siap bertindak apapun, menyerang jika diserang, dan memberantas kelompok yang suka melakukan kekerasan di wilayah kami. Saya bukan orang lemah dan saya tidak takut atas intimidasi yang datang kepada saya.

Lalu salahkah saya bertindak demikian?

#cerpen dengan pertanyaan serius

, , , , ,

  1. #1 by Ibnu Alwi on February 16, 2015 - 9:17 pm

    Seriusan nanya,,apakah salah tindakan demikian?

    Surat Terbuka Untuk Ustadz Arifin Ilham

    Like

Leave a comment